Budaya dan Tradisi

 

M. Olandina I.C. Alves

Kaum Perempuan Timor Lorosa’e Menentang Kekerasan (ETWAVE)

 

 

Kita sering dengar kata-kata BUDAYA dan TRADISI diucapkan dimana saja dan oleh siapa saja bahkan dalam melakukan kekerasan terhadap orang lain pun kata-kata tersebut sering digunakan sebagai alasan, padahal banyak dari kita sendiri tidak tahu bahkan tidak mengerti tentang BUDAYA dan TRADISI.

 

Terima kasih saya sampaikan kepada Panitia atas kesempatan  yang diberikan kepada saya dan terima kasih kepada peserta yang datang dari Distrik untuk mengikuti Konferensi  ini.

 

Hari ini saya diundang Panitia untuk menyampaikan makala tentang BUDAYA dan TRADISI tentu saja dalam konteks yang berkaitan dengan tema dari pada Konferensi sendiri yaitu Konferensi Pembangunan Berkelanjutan.

 

Waktu yang tersedia adalah sangat terbatas sehingga sudah barang tentu kita tidak dapat mengulas secara panjang lebar tentang arti dari pada BUDAYA dan TRADISI pada saat ini dan karena itulah saya tidak ingin membawa ke sini suatu makalah karena tidak akan berguna  namun saya hanya ingin mengingatkan kepada kita semua yang berada di dalam ruangan ini, baik Panitia Penyelenggara, Peserta dan Pembicara bahwa ketika kita berbicara tentang Pembangunan di  Bumi Loro Sae maka jangan kita lupa bahwa pembangunan itu sendiri mempunyai hubungan yang sangat erat dengan orang Timor Loro Sae karena dilakukannya di buminya, untuknya dan lebih penting lagi karenanyalah kita semua berada di sini. Jangan orang Timor Loro Sae sekali lagi jadi penonton di negerinya sendiri dan jangan lagi  kita berpikir bahwa yang kita lakukan adalah yang paling baik dan benar untuk orang Timor Loro Sae karena kita tetap berasumsi bahwa orang Timor tidak bisa apa apa. Kita harus hentikan dulu semua asumsi-asumsi demikian baru selanjutnya kita bicara berapi-api tentang pembangunan dan itu belum cukup kalau kita tidak libatkan orang Timor Loro Sae sendiri dalam pembangunan yang memang adalah untuknya.

 

Satu hal yang penting yang harus  kita ingat adalah bahwa orang Timor Loro Sae memiliki Budaya dan Tradisi sendiri yang tidak bisa kita samakan dengan Budaya dan Tradisi orang lain.

 

Selama 450 tahun orang  Portuguis menjajah Bumi Loro  Sae membawa juga kebiasaannya dan selama itu pula orang Timor Loro Sae menjalaninya seolah-olah itu memang miliknya, kemudian datang orang Indonesia juga dengan kebiasaannya dan orang Timor kali ini bukan saja harus mengikutinya tetapi dipaksakan untuk mengakuinya sebagai miliknya pula dan yang lebih sadis lagi ada sebagian  orang Timor yang setuju dengan mereka bahwa kita ini adalah satu , kita telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi setelah sekian lama berpisah kerena ulah penjajah. Mereka lupa kalau mereka juga adalah  penjajah baru dan yang membedakan hanya warna kulit saja dan yang lebih menyedihkan lagi tentu saja bahwa pembangunan itu adalah untuk kepentingan mereka karena memang mereka tidak pernah berkonsultasi dengan orang Timor sendiri, atau mengajak kerja sama.

 

Kini semua telah berubah dan sudah tiba saatnya orang Timor sendiri dilibatkan dalam perencanaan sampai pada pembangunan Timor Loro Sae tercinta dengan tidak mengabaikan BUDAYA dan TRADISI orang Timor sendiri.

 

Sebagai pesan untuk semua peserta marilah kita gali dan mempelajari lebih dalam tentang BUDAYA dan TRADISI kita sehingga orang lain tidak lagi mengatakan bahwa kita tidak memiliki BUDAYA dan TRADISI dan yang lebih penting lagi orang lain dan dunia harus  tahu dan mengakui  bahwa kita memiliki BUDAYA dan TRADISI dan siapapun yang datang ke sini berkewajiban untuk menghormatinya karena kini kita adalah bangsa yang merdeka.